Kamis, 27 Agustus 2015

MAKNA BLUSUKAN ALA JOKOWI



MAKNA BLUSUKAN ALA JOKOWI BAGI KORPRI UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT SESUAI AMANAT UU NO 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA”
Oleh : Imam Asy’ari, S.Ag. *)
Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun”, itulah petikan Bab II Pasal 4 huruf  j UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Kalimat dalam pasal di atas sangat jelas menerangkan bahwa seorang abdi negara, yakni PNS atau ASN sebagai Korps Pegawai Republik Indonesia harus bekerja dengan nilai dasar yang luhur. Nilai dasar tersebut dicontohkan dengan rinci antara lain: jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat dan seterusnya. Maka seorang PNS/ASN di era keterbukaan dewasa ini sudah semestinya berkemauan keras untuk meningkatkan prestasi kerjanya dalam melayani masyarakat, tak terkecuali di daerah kita tercinta; Kabupaten Cilacap.
Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang 35 %  dialokasikan untuk gaji atau belanja pegawai (www.infovesta.com), sangat rentan berpotensi konflik dan kecemburuan bagi masyarakat kritis yang setiap saat memonitoring perkembangan kualitas pelayanan publik oleh aparatur negara. Jika realitas ini tidak diimbangi dengan peningkatan mutu pelayanan masyarakat oleh para penikmat uang rakyat dalam paket gaji dan tunjangan pegawai, maka akibat yang timbul tidak lain adalah ketidak percayaan masyarakat kepada para aparat. Lebih tragis lagi bila ada korps pegawai yang korup di jajaran instansi manapun, tragedi anarkhisme dan antagonisme masyarakat terhadap pemerintah pasti akan menjadi fenomena tak terelakkan. Contoh kecil di sekolah / madrasah, guru PNS datang terlambat 10 (sepuluh) menit saja, bisa berbuntut panjang dengan rangkaian komentar negatif dari lingkungan masyarakat yang menyaksikannya.
Pelajaran yang dapat dipetik dari fenomena di atas seiring dengan terbitnya UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, adalah kemauan keras segenap pegawai negeri (PNS/ ASN) untuk berikhtiar mewujudkan nilai dasar di atas dalam ranah kerja sehari-hari. Bagi seorang pribadi warga negara dan insan beragama, mengabdi kepada masyarakat adalah sebuah wahana ibadah bila diniati dengan ketulusan hati. Berkhidmat melayani urusan rakyat adalah pekerjaan yang mulia karena selain bersentuhan dengan penunaian kewajiban sebagai pegawai juga berkaitan dengan perilaku luhur yakni menolong sesama. Pertanggungjawaban amal perbuatan dari pelaksanaan tupoksi pegawai tidak hanya di hadapan manusia saja, tetapi lebih sakral lagi di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Bukan hanya di dunia semata dipertanggungjawabkan pekerjaan pegawai, tetapi lebih berat lagi di akhirat kelak. Bagi pegawai yang muslim bahkan diingatkan oleh Alloh SWT dalam firman-Nya: “Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Alloh dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu” (QS.At-Taubah: 105). Bukan hanya inspektorat dan badan pengawas yang akan mengaudit, memonitoring evaluasi, dan mensupervisi pekerjaan pegawai, bahkan Tuhan dan Rasul serta sesama manusia ikut terlibat. Betapa besar dan berat tanggung jawab seorang pegawai, toh profesi ini masih diburu ribuan bahkan jutaan para pelamar pekerjaan. Lantas apa yang bisa dilakukan bagi seorang aparatur sipil negara dalam menyikapi tantangan kerja dewasa ini?
Wujud nyata peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat adalah jawabannya. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan memetik keteladanan dari Presiden kita,  pak Joko Widodo (Jokowi) yang sangat sederhana dan merakyat. Salah satu profil beliau yang masyhur adalah blusukan dalam sebagian agenda kerjanya. Blusukan (Jawa) adalah kunjungan non protokoler yang dilakukan untuk memantau secara langsung obyek tempat dan aktifitas publik yang menjadi isu persoalan di masyarakat dan membutuhkan penanganan cepat agar tidak berlarut dan menjadi problem akut. Saking populernya program blusukan beliau sampai bos Face Book, Mark Zuckerberg dari Amerika penasaran dan sengaja berkunjung ke Indonesia untuk menemui “Mr Blusukan” Jokowi. Hal ini menjadi ibrah bagi kita bahwa pelayanan publik terkadang harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
Ada 8 (delapan) nilai dasar pegawai (PNS/ASN) yang diamanatkan dalam UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, termaktub dalam pasal 4, huruf j, yaitu:
1. Jujur
2. Tanggap
3. Cepat
4. Tepat
5. Akurat
6. Berdaya guna
7. Berhasil guna
8. Santun.
Dalam kegiatan blusukan setidaknya tersimpan aspek keteladanan pegawai sekaligus pemimpin yang pelayan, cermin sifat dan watak kepemimpinan khalifah Umar bin Khottob yang tegas dan merakyat, juga khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sederhana dan bijaksana dalam sejarah Islam masa Khulafaurrasyidin dan Dinasti Bani Umayyah. Sosok “Mr Blusukan” Jokowi agaknya sangat tepat menjadi suri teladan bagi aparatur Negara dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing seiring tuntutan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.  Pribadi Jokowi dan biografinya telah mewadahi 8 (delapan) nilai dasar pegawai negeri (PNS/ASN) dari kejujuran sampai kesantunan bisa menjadi bekal bagi PNS/ASN dalam menjalankan tugasnya demi terwujudnya eksistensi KORPRI dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sejalan dengan amanat UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Mengamalkan delapan nilai dasar tersebut satu persatu dapat memantapkan proses pembentukan pegawai yang dedikatif dan produktif. Pegawai yang jujur akan bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi)-nya. Aparatur sipil Negara (tak terkecuali sipir penjara) yang jujur akan mengemban amanat dengan baik, berkhidmat dengan lurus  dan tulus, tidak tergiur oleh iming-imingan nara pidana. Pegawai yang tanggap akan segera merespon setiap gejala yang timbul di masyarakat, seperti pegawai kesehatan tidak membiarkan wabah penyakit  menular merebak di masyarakat walaupun belum ada intruksi resmi dari atasan.
Bertindak cepat adalah salah satu bentuk pelayanan prima yang dibebankan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal ini sangat penting agar tidak timbul permasalahan yang lebih buruk. Begitupun tepat sasaran merupakan bentuk akuntabilitas publik agar kebijakan pemerintah tidak merugikan kepada masyarakat dan Negara. Contohnya menjelang kenaikan harga BBM yang mana tujuannya adalah untuk mengalihkan subsidi bagi kepentingan masyarakat miskin,  maka para pegawai terkait (Kemensos, Kemendagri, Kemenkes dan lainnya) secepatnya menyelesaikan persiapan pengalihan subsidi BBM dengan merealisasikan penerbitan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Distribusi kartu tersebut juga harus tepat sasaran yakni bagi kalangan keluarga tidak mampu. Untuk tepat sasaran harus didukung data yang akurat berdasarkan informasi-informasi faktual dari sumber yang dapat dipercaya.
Penerbitan KIS, KIP dan KKS yang berdasar pada data yang akurat,  pada gilirannya akan membuahkan program yang berdaya guna bagi pemerintah. Dengan kegiatan pendataan sampai penerbitan dan penyaluran subsidi kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial kepada masyarakat, program pemerintah akan menjadi lebih berhasil guna bagi masyarakat, rakyat jelata yang betul-betul membutuhkan, bukan yang sudah berkecukupan apalagi berlebihan. Untuk melaksanakan semua alur kegiatan program di atas tentu harus dilakukan dengan santun agar tidak menimbulkan dampak yang negatif. Kesantunan pegawai maupun pemimpin sangat dibutuhkan dalam melayani  masyarakat agar tujuan yang dijadikan misi dalam program benar-benar tercapai. Apalagi program yang sangat diperdebatkan oleh publik seperti kenaikan harga BBM, jika tidak disampaikan secara santun, digulirkan secara arif dan bijaksana bisa fatal akibatnya. Aksi anarkhis atau demonstrasi yang merusak akan mudah terjadi di lingkungan kota sampai desa. Padahal tujuan program justru berpihak kepada rakyat kecil, namun keterbatasan pemahaman orang awam hanya berdalih turut naiknya harga-harga kebutuhan pokok, mereka beranggapan kebijakan pemerintah mencekik leher rakyat. Aparatur sipil Negara perlu meyakinkan rakyat bahwa betul dalam skala mikro kenaikan harga BBM memberatkan, dalam ruang lokal kenaikan harga BBM menyengsarakan rakyat, dalam jangka pendek mengacaukan tatanan harga pasar. Tetapi jika berfikir dalam skala makro, program pengalihan subsidi meringankan beban   belanja negara,  dalam ruang gelobal mensejahterakan rakyat, dalam jangka panjang menstabilkan tatanan harga pasar.
Kesimpulannya bahwa di balik makna blusukan Jokowi terdapat butir-butir keteladanan, tetesan uswah hasanah dan contoh desain ideal seorang pemimpin yang pelayan. Patut ditiru oleh aparatur Negara, bukan dari kebiasaan kunjungan non protokolernya tetapi dari pesan moral yang terkandung dalam aktifitas blusukan Jokowi itu sendiri sehingga bila mau mengambil ibrah dan menggali hikmah dari sosok Mr Blusukan” Jokowi akan ditemukan nilai keluhuran yang bisa menjadi bekal bagi perwujudan semangat pengabdian para pegawai. Nilai keluhuran itu menjadi modal untuk perwujudan tema : “Eksistensi KORPRI dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sejalan dengan amanat UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara”. Akhirnya dengan penerapan nilai dasar ASN yang delapan: Jujur, Tanggap, Cepat, Tepat, Akurat, Berdaya Guna dan Berhasil Guna serta Santun kiranya Alloh SWT memberi kesempatan kepada kita bangsa Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Cilacap pada khususnya untuk mampu mewujudkan Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur dan Negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Karto Raharjo. Amien
Selamat Ulang Tahun KORPRI yang ke 43, Dirgahayu KORPRI !!!
Cilacap Bercahaya, Bangga mBangun Desa !!!          

) Imam Asy’ari, S.Ag.
Guru PNS Kementerian Agama Kab. Cilacap
Kepala MTs Al-Mukarromah Sampang di Karangjati

UPACARA HUT RI KE 70 KEC SAMPANG CILACAP


Senin, 27 Juni 2011

KONFERENSI MWCNU SAMPANG CILACAP 2011

KONFERENSI MWC NU SAMPANG TAHUN 2011
Nusajati, Sabtu 25 Juni 2011 M / 23 Rajab 1432 H

Konferensi MWC NU Sampang tahun 2011 merupakan majlis permusyawaratan tertinggi bagi organisasi NU di kecamatan Sampang. Bertempat di MI Darwata Nusajati, konferensi MWC NU Sampang digelar dalam rangka evaluasi program kerja serta laporan pertanggungjawaban pengurus MWC NU periode 2006-2011. Selain itu agenda penting lainnya adalah untuk merumuskan pokok-pokok pikiran dan rekomendasi serta garis-garis besar organisasi juga program kerja pengurus baru. Tidak kalah pentingnya agenda pemilihan pengurus MWC NU Sampang periode 2011 – 2016.

Hadir dalam pembukaan konferensi antara lain; KH. Su'ada Adzkiya (Rois Syuriyah PCNU Cilacap), Drs.H.P.Sunu Pratignyo, MM (camat Sampang), KH.Rochmat Ridwan (Mustasyar MWC NU Sampang), Hj, Maskinah (ketua PAC Muslimat NU Sampang, H.Muslikhin SH (Anggota DPRD Cilacap Fraksi PKB), Hj. Endang Sutarsih, S.Ag. (Anggota DPRD Cilacap Fraksi PPP). Tamu undangan lain yang ikut menghadiri konferensi MWC NU Sampang adalah Kepala Desa Nusajati, Kepala MI Darwata Nusajati, Ketua ANSOR kecamatan Sampang, pengurus IPNU-IPPNU Sampang juga BANSER Sampang.

Dalam sambutan atas nama jajaran pemerintah, Camat Sampang mengajak agar para pengurus NU meningkatkan kedisiplinan kerja baik di organisasi maupun di masyarakat. Mengutip penuturan DR.KH.Hasyim Muzadi, pak Camat berpesan agar jangan sampai konsep kedisiplinan yang dimiliki oleh umat Islam tetapi dipraktekkan oleh orang lain, seperti China, Jepang, Eropa dan lain-lain. Sedangkan Rois Syuriyah PCNU Cilacap sangat menekankan agar semua jajaran pengurus NU giat menjalankan roda organisasi, open ngrumat NU. Hal ini beliau sampaikan terkait masih adanya pengurus NU yang pasif, hanya papan nama tidak ada program kerja. Taushiyah beliau dikuatkan dengan wangsit Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, bahwa barang siapa yang mau melestarikan NU maka akan dianggap sebagai santri Hadratus Syaikh, jembar ma'isyah, keturunan solih dan solihah.

Ketua panitia, Sudirno mengatakan bahwa konferensi MWC NU Sampang tahun 2011 dihadiri sekitar dua ratus peserta terdiri dari pengurus MWC NU, pengurus Badan Otonom, lajnah dan lembaga terkait, utusan dari 10 ranting NU se kecamatan Sampang (yakni Brani, Karangtengah, Sampang, Karangasem, Karangjati, Paberasan, Sidasari, Nusajati, Paketingan dan Ketanggung). Juga pengurus ta'mir masjid/ musholla serta para simpatisan NU atau kaum Nahdliyyin dan Nahdliyyat Sampang ikut memeriahkan konferensi. Sudirno juga merasa puas karena banyaknya dukungan dari berbagai kalangan, donatur serta masyarakat yang ikut berpartisipasi demi suksesnya konferensi MWC NU Sampang.

Agenda konferensi terdiri dari, pembukaan, sidang Pleno I (Tata Tertib), Pleno II (LPJ MWC NU 2006-2011), sidang Komisi, Pleno III (pemandangan umum komisi, dan Pleno IV (pemilihan rois dan ketua MWC NU periode 2011-2016). Pleno IV sebagai puncak konferensi berjalan alot terutama saat dibacakan tata tertib pemilihan oleh pimpinan sidaang, Drs. H. Paiman Sahlan, sekretaris PCNU Cilacap. Akhirnya terpilih sebagai Rois Syuriyah, KH. Muhammad Jarir (pengasuh PP.Nurul Islam Karangjati) dan Muhammad Sokhib, S.Pd. terpilih kembali sebagai ketua tanfidziyah. Kemudian tim formatur yang terdiri dari Rois dan Ketua demisoner, rois dan ketua terpilih, dan empat orang wakil ranting bertugas melengkapi kepengurusan MWC NU Sampang periode 2011-2016. Semoga sukses dan berkah dalam mengemban misi dan amanat organisasi, sesuai thema konferensi: "Dengan konferensi MWC NU Sampang, kita lesatrikan nilai-nilai lama yang baik dan kita gali nilai baru yang lebih baik agar terbentuk jam'iyyah NU baik struktural maupun cultural yang makin simpatik".


Terima kasih atas bantuannya, semoga berkah dan maslahat.

Muhammad Sokhib, S.Pd. (Ketua)
Imam Asy'ari, S.Ag. (Sekretaris demisioner)

Senin, 07 Juni 2010

KHAUL KE 2 AL MAGHFURLAH


KHAUL KE 2 AL MAGHFURLAH KH.MA`MUN SHODIQ ISMA`IL
Dihadiri oleh KH.Su`ada ( Rois Syuriyah PCNU Cilacap )yang bertindak selaku imam tahlil. Adapun pengajian disampaikan oleh KH.Athourrohman Hisyam ( Pengasuh Ponpes Attaujieh Al Islami Leler Kebasen Banyumas).

Rabu, 02 Juni 2010

HAUL KE 2 AL-MAGHFURLAH KH. MA'MUN SHODIQ ISMAIL


WAKIL BUPATI CILACAP, H. TATO SUWARTO PAMUJI MENYAMPAIKAN SAMBUTAN PADA ACARA HAUL KE 2 AL-MAGHFURLAH KH. MA'MUN SHODIQ ISMA'IL, PON.PES. NURUL ISLAM KARANGJATI SAMPANG CILACAP JAWA TENGAH, 2 MEI 2010.

Senin, 10 Mei 2010

Mas Fajrul (Gus Dung) & Mas H. Muis (Gus Muis) para Kader Penerus PP.Nurul Islam saat mengunjungi acara peringatan 40 Hari wafat Gus Dur di PP. Tebuireng Jombang, menyempatkan sowan kepada kerabat Gus Dur yakni, dr. H. Umar Wahid, adik Gus Dur di dekat makam leluhur Tebuireng.


PROFIL PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM KARANGJATI CILACAP


Sekitar tahun 1920 M atau sekitar tahun 1340 H seorang tokoh ulama karangjati bernama Al-Maghfurlah KH.Abdurrohim merintis sebuah lembaga pendidikan pesantren di Desa Karangjati Sampang Cilacap (saat itu masih kecamatan Maos). Pada waktu itu para santri yang mengaji masih di dominasi oleh anak-anak Desa Karangjati dan sekitarnya sebagai peserta didik. Beberapa tahun kemudian tampak perkembangan dengan datangnya santri dari luar daerah seperti Banyumas dan Brebes serta kebumen. Setelah kondisi KH.Abdurrohim semakin `udzur, maka proses pengajaran lalu ditangani oleh putra-putra beliau yang setia membantu ayahandanya itu. Di antara putra beliau adalah KH.Abdullah Mughni (1926 M). Lalu dilanjutkan oleh putra lainnya yakni KH.Muhammad Nuh (1930 M).

Dengan kondisi yang sangat sederhana dibangunlah asrama putra Ponpes. Al-Islam Karangjati di bawah asuhan KH.Muhammad Nuh dan KH.Isma`il (1935 M). keduanya putra KH.Abdurrohim dengan modal tanah wakaf dari keluarga KH.Isma`il. Dengan pembangunan asrama pada periode ini sekaligus menjadi tonggak sejarah peletakan dasar berdiri dan berkembangnya pesantren di Karangjati dengan berbagai disiplin ilmu agama khususnya Al-Qur`an. Sepeninggal KH.Isma`il (wafat) dan KH.Muhammad Nuh (pindah ke Pageraji Cilongok Banyumas) kendali pesantren dilimpahkan kepada adiknya yang bernama Kyai Abu`Amar (1940 M)yang baru pulang dari pengembaraan ilmu dengan berguru Al-Qur`an kepada KH.Munawwir Krapyak Yogyakarta sehingga nuansa Al-Qur`an sangat kental kala itu.

Pada periode ini dibangun asrama putri Pon.Pes.Nurul Islam Karangjati berlokasi di sebelah Madrasah Diniyyah (1960-an)untuk menampung santri putri. Beberapa tahun berikutnya (sekitar akhir tahun 1970-an) dibangun lagi asrama putra di dekat masjid dengan merehab asrama lama.

Setelah Kyai Abu`Amar wafat (tahun 1987 M),periode berikutnya Pesantren Al-Islam diasuh oleh KH.Ma`mun Shodiq Isma`il (Sugeng Isma`il)sekaligus menantu Kyai Abu`Amar dibantu oleh saudara-saudaranya antara lain: K. Slamet Isma`il (alm), K. Farhan AA (alm), KH. Muhyidin dan K. Dimyathi Isma`il serta kerabat dan famili lainnya hingga sekarang. Dan pada masa ini pula nama pesantren diubah dari Pondok Pesantren AL-ISLAM menjadi Pondok Pesantren NURUL ISLAM Karangjati yang mengelola pengajian Al-Qur`an, pengajian Kitab Salaf / Klasik, TPQ, MADIN, MI dan MTs. http://www.klikdisini.com/bisnishalal

Minggu, 09 Mei 2010

DASAR PEMIKIRAN


Kehidupan dan kejayaan suatu bangsa bergantung kepada tetapnya moralitas/akhlaqnya. Maka jika telah hilang moralitas/akhlaq mulianya, niscaya hancurlah bangsa itu. Demikian isi pesan moral petikan syair karya Syauqi Bik yang sangat terkenal.
Masyarakat sebagai suatu komunitas senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya. Perubahan-perubahan tersebut di satu sisi menguntungkan, namun di sisi lain justru merugikan. Misalnya kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi sangat membawa manfaat bagi berbagi aktifitas kehidupan manusia bagi kepentingan ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Tetapi dibalik itu semua, dampak negatif dari kemajuannya ternyata sangat dahsyat, yakni timbulnya pergeseran peradaban di kalangan massyarakat. Begitupun prilaku anak-anak kecil dan remaja kita sangat rentan oleh serangan arus globalisasi yang gejalanya akan berakibat munculnya kemrosotan mental atau degradasi moralitas bangsa.

Fenomena kehidupan masyarakat di era globalisasi dewasa ini bisa dikatakan tidak mungkin terhindar dari kenyataan kemajuan zaman sebagai konsekuensi atas pesatnya perkembangan pola pemikiran dan peradaban manusia. Maka tidak ada jalan lain dalam menghadapi derasnya arus global agar terhindar dari akibat negatifnya, kecuali memanfaatkan teknologi dengan pola pemakaian yang selektif. Kita gunakan sarana teknologi demi kemudahan oprasional kehidupan sambil menghindari sisi buruk yang mungkin timbul baik prilaku kekerasan, pornografi dan sikap asusila lainnya yang bisa meracuni kehidupan generasi penerus bangsa.

Tindakan yang paling tepat dalam upaya menghindari dampak globalisasi adalah dengan memberi pembekalan kepada anak-anak dan remaja kita melalui pendidikan moral yang memadai. Materi pendidikan agama di bangku sekolah tidak cukup untuk membentengi moral mereka. Maka pendidikan keagamaan yang terpadu seperti Pondok Pesantren kiranya sangat bisa diharapkan sebagai media pembekalan mental anak dan remaja. Sebab di pesantren pembelajaran berlangsung dalam proses yang terpadu dari pembelajaran teoritis sampai kepada kegiatan praktis dalam materi keagamaan dan materi umum lainnya.

Pondok Pesantren Nurul Islam Karangjati merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang berikhtiar menjadi alternatif dalam mencari jalan keluar atas permasalahan moralitas anak bangsa di atas. Lembaga ini antara lain bertujuan untuk membentuk insan beriman, generasi Qur`ani yang berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah.
Dalam upaya mendidik watak dan mengasah otak santri/peserta didik, Pondok Pesantren Nurul Islam membuka beberapa unit kegiatan pembelajaran santri berupa pengajian (pendidikan non formal) dan sekolah atau madrasah (pendidikan formal). Pendidikan non formal meliputi kegiatan pengajian Al-Qur`an, dan pengajian kitab-kitab salaf.
Selain itu ada madrasah Diniyyah Awwaliyyah dan Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPQ) An-Nahdliyyah Raudlatul Jannah. Adapun pendidikan formal yang di kelola meliputi: RA Nurul Islam, Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Darwata 01 Karangjati dan Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Al-Mukarromah serta MA Nurul Islam Karangjati Sampang Cilacap.

Secara umum kondisi gedung madrasah atau tempat pembelajaran santri dan kantor lembaga masih layak dipakai termasuk Masjid Jami` Baiturrahmah Karangjati.
Namun kondisi gedung asrama Pondok Pesantren Nurul Islam Karangjati terutama asrama putra dan kantor sudah sangat memprihatinkan. Karena usia pembangunan yang relatif sudah tua dan perawatan yang kurang memadai, maka dipandang sangat perlu adanya upaya memperbaiki atau rehabilitasi Gedung Asrama Pondok Pesantren Nurul Islam Karang jati Cilacap